by Rumah Curhat | 12/11/2018 | Life Tips, Life Tips
Sahabat adalah Tempat Sampah?
Maksudnya? Kok ngedengarnya agak giman gitu judulnya. Ekstrim banget ya? #hehhehe
Tapi tenang dulu…., baca dulu sampai selesai ya guys supaya kalian paham kenapa aku menghubungkan sahabat dengan tempat sampah.
Guys, tiap dari kita pasti mempunyai minimal satu sahabat yang kita percaya. Bener ga? Satu sahabat aja sudah cukup untuk membuat kita bertumbuh dalam aktivitas kita. Senang ngga sih punya sahabat? Oh senang sekali, kalau menurut aku punya sahabat itu seperti punya saudara tambahan. Dan kalau ngga ada sahabat itu menurutku ngga seru, sahabat itu bikin hidup lebih asik dan berwarna.
“Bro….” dengan sapaan inilah aku biasa memanggil sahabatku, aku bersahabat dengan dia sejak kita berada di kelas yang sama di tingkat sekolah menengah pertama atau lebih kita kenal dengan nama SMP. Aku kenal dengan dia tidak sengaja saat guru menyuruh kita membuat kelompok untuk ujian. Satu kelompok berisi 4 orang, kebetulan kelompok diacak urut berdasar tempat duduk. Eh, aku ngga tau ini namanya mujizat atau takdir, aku bisa satu kelompok dengan dia dan aku menyebutnya hal ini adalah takdir. Pertama kali aku sekelompok dengan dia aku senang karena dia terlihat pintar, dan memang benar dia pintar setelah beberapa hari kita berhubungan dalam satu kelompok. Tapi satu kelompok dengan dia banyak menimbulkan masalah.
Memang dia salah satu anak yang pintar di kelas, tapi saat kita sekelompok. Kita banyak berbeda pendapat, seringkali timbul pertengkaran hanya karena perbedaan pendapat. Uniknya setelah kita berbeda pendapat dan bertengkar, dia selalu mengalah dan memberikan penjelasan mengenai yang benar. Belajar kelompok pun bisa berlangsung hanya karena satu orang yang ingin mendengar. Dia sahabatku yang paling awet sampai sekarang, dan dia yang aku anggap sebagai tempat sampah. Begitu pula dia menganggap aku sebagai tempat sampah. Pasti dari kalian banyak yang bingung ya, kenapa kita saling menganggap satu sama lain adalah tempat sampah, inilah alasanya:
Dan ini lah yang aku maksud sebagai tempat sampah, hanya sekedar sebagai pendengar yang baik. Mendengar bukan untuk berpendapat, tapi mendengar untuk memahami. Gimana dengan sahabatmu?
Selanjutnya: Apakah Sahabatku adalah Orang Baik Yang Kucari?
“Dia bisa disebut SAHABAT jika mau mendengarmu dan terbukti menjaga rahasia sahabatnya!
Bukan yang hanya sekedar foto bareng atau komen di medsosmu!”